Monday, March 26, 2007

Salah Jurusan

Sentuhan Allah yang terbesar yang saya rasakan dalam hidup saya hingga saat ini, adalah masuk ke jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik - Universitas Hasanuddin Makassar, hanya untuk bertemu dengan calon istriku, seorang gadis manis berjilbab dan berkacamata (penampilan wanita favoritku), beriman, sabar, ikhlas dan tanpa pamrih, serta penyayang dan penuh perhatian, yang kini menjadi pendamping terbaik dalam hidup saya.

Tamat SMA tahun 1989, seperti yang lainnya, saya mencoba mengikuti SPMB (istilah untuk ujian masuk perguruan tinggi negeri waktu itu). Minat saya pada waktu itu sebenarnya adalah jurusan teknik elektro, karena saya hobby elektronika sejak SMP dan belajar komputer sejak kelas dua SMA. Maka saya mengisi teknik elektro sebagai pilihan pertama dalam formulir pendaftaran, dan mengosongkan pilihan kedua.

SPMB bukan satu-satunya upaya saya untuk kelanjutan studi dan masa depan saya. Dari kelas satu SMA saya berusaha agar nilai rapor saya tidak turun, dengan harapan bisa jadi peluang untuk menembus jalur PMDK. target saya adalah jurusan teknik informatika di ITB. Dengan kemampuan yang pas-pasan, nilai rapor saya berhasil saya pertahankan menjadi relatif datar, tidak ada penurunan, ada sedikit kenaikan karena saya mulai sadar pentingnya bahasa Inggris dan mulai memperbaikinya. Tetapi saat menjelang ujian akhir, ada informasi bahwa PMDK
ditiadakan. Informasi yang saya dapat kemudian, bahwa ternyata tahun berkutnya diadakan lagi (suatu kebetulan..??)

Saya juga berminat di militer, dan sempat mencoba untuk mendaftar dan ikut tes AKABRI, pilihan saya AAU, tetapi gugur di tes kesehatan pertama, tes yang paling pertama. Mata saya ternyata minus (sebenarnya saya sudah merasakannya), dan mungkin juga karena kurang gizi ha ha ha. Sebenarnya saya tau keterbatasan dan kemampuanku, tapi saya cuma mau test-case saja (kata grup musik alphaville: "we don't have the power, but we never say never", gitu lho..)

Pagi hari sebelum berangkat untuk menyerahkan formulir pendaftaran SPMB, (Almarhum) Bapak saya menanyakan kesiapan formulir SPMB saya, dan mengetahui bahwa saya masih mengosongkan isian pilihan kedua. I still have no idea. Akhirnya Bapak saya menyarankan untuk memilih jurusan teknik arsitektur sebagai pilihan kedua sebagai cadangan, dengan pertimbangan yang penting kuliah di PTN, dan sejak kecil saya paling suka dengan kegiatan menggambar.
Saya pikir, ini ide baik, dan saya memang suka menggambar, maka pilihan kedua pun saya tetapkan.(rasanya rencana Allah untukku mulai bekerja di sini)

Ujian SPMB relatif saya tidak punya persiapan apa-apa, karena memang saya tidak punya apa-apa yang musti disiapkan, baca buku ngga' ada yang masuk lagi. Saya lebih banyak bermain dengan ponakan-ponakan di tempat saya nginap. Oh ya satu-satunya persiapan serius untuk SPMB adalah nginap di rumah sepupu agar lebih dekat ke tempat tes, dan satu lagi..., pensil 2B. Ha ha ha ha

Tiba saat pengumuman, saya setengah gembira karena saya lulus, dan setengah kecewa karena saya lulus di pilihan kedua, teknik Arsitektur.
Setelah saya pikir-pikir sekarang ini, mungkin pada saat itu Allah sudah menentukan siapa calon istriku, sehingga saya diarahkan ke sana. Seandainya saja saya tau, seharusnya saya tidak perlu kecewa.

So.., jangan cepat menyesali atau kecewa dengan keadaan atau kenyataan yang tidak kita sukai, barangkali itu bagian dari rencana besar-NYA, Wallahu a'lam bissawaab.

Mungkin karena kurang minat, atau memang berat, perkuliahan dan dinamika kampus saya jalani apa adanya, nothing special, prestasi pas-pasan, kemampuan menggambarku lumayan tetapi bukan dalam jajaran terbaik, jangan tanya soal matematika, statistika, fisika, dan mekanika.

Teman wanita cukup banyak dan semuanya baik-baik, rajin-rajin shalat, diantaranya ada yang menarik hati dan coba kudekati. Tapi ternyata kemudian saya mulai dekat dengan seseorang yang sebelumnya tidak terlalu saya perhatikan, karena kelihatan dia punya cukup banyak teman dan setahu saya berasal dari sekolah favorit di Makassar, saya agak minder untuk lebih mendekat.

Dia ramah dan baik pada semua orang. Saya berteman biasa saja dengannya, pinjam buku, pinjam catatan, nyontek tugas. Orangnya berjilbab dan berkacamata, termasuk penampilan yang saya suka (dari SMP saya suka melihat gadis berkacamata), tapi teman kuliah saya banyak yang berkaca mata dan/atau berjilbab, jadi sulit menentukan pilihan.

Saya dengan dia mulai akrab pasca kuliah kerja lapangan (KKL, semacam study-tour) tahun 1991, yang waktu itu kami mengunjungi kota Surabaya dan Yogyakarta. Kami dalam satu tim yang mengulas tentang Mechanical-Electrical bangunan yang dikunjungi. Karena kami satu tim, pasca KKL kami sering bersama dalam rangka penyusunan laporan, yang ternyata (dan syukuuur..) butuh waktu cukup lama.

Saya masih ingat saat di Jogjakarta, waktu berkunjung ke Borobudur, saya hanya berdua dengan dia berkeliling Borobudur, mengamati relief demi relief di tiap tingkat, untuk mencari gambar pohon kalpataru.., Hua ha ha ha ha....bodohnya saya yang ngajak.., karena ternyata gambar pohon kalpataru adanya di salah satu candi di Prambanan.., ha ha ha ..(dari dulu saya memang suka sok tau..)

Kami menikah tanggal 3 Oktober 1999 (Masya Allah, juga berkat sentuhan luar biasa dari Tangan Allah, yang akan saya ceritakan dalam blog yang lain, Insya Allah).

By the way, Istri saya selesai S1 tahun 1996, dan saya selesai tahun 1997 (nyaris melampaui batas maksimal 8 tahun masa studi). saat masih kuliah tahun 1992 saya menjadi satu-satunya asisten laboratorium komputer fakultas teknik UNHAS dari jurusan arsitektur, tahun 1994 saya mulai mengajar di lembaga kursus komputer.

Tahun 1995 sampai 1998 saya berkerja di perusahaan konsultan dan merupakan masa satu-satunya pengalaman kerja terlama saya dalam dunia jasa konstruksi yang dekat dengan dunia arsitektur. Tahun 1998 saya bergabung dengan Lembaga pendidikan komputer KHARISMA, dan sekarang dengan STMIK KHARISMA dimana kehidupan saya mulai berjalan dengan langkah yang lebih teratur. Syukur Alhamdulillah.

Hingga sekarang saya dan istri saya tidak pernah lagi berkecimpung serius dalam dunia yang berhubungan dengan arsitektur. Saya menjadi dosen Ilmu komputer dan sekarang mengambil S2 bidang Ilmu Komputer, dan istri saya sangat menikmati dunia barunya dalam dua-tiga tahun terakhir ini sebagai guru taman kanak-kanak.

Apa artinya ini..?, Dengan penuh kesadaran, saya melihat sentuhan Allah sangat jelas dalam mempertemukan saya dengan istri saya, melalui jalan yang tidak terduga, dan mengukuhkannya (Insya Allah).

Jurusan Arsitektur benar-benar hanya untuk numpang lewat dan bertemu bagi saya dan istri saya. Kalau ada yang mengatakan kami memang tidak mampu di bidang itu atau salah jurusan, menurut kami memang demikian adanya. Karena sekarang saya kembali berjalan dengan senang hati di bidang yang benar-benar saya minati, dan Alhamdulillah saya cukup menguasainya.

Anugerah, kesenangan, kesulitan atau bahkan bencana sekalipun, sesungguhnya adalah bagian dari rencana besar Allah, di mana tak seorangpun mengetahuinya. Yang bisa dilakukan hanyalah bersyukur karena tangan Allah masih 'menyentuh' kita, bersabar atas segala kehendak-NYA, dan berikhtiar untuk dapat melihat ending dari setiap sesi rencana Allah bagi kita.
Google